Jumat, 09 Oktober 2009

PERKEMBANGAN DESA DI INDRAMAYU

KAPANKAH DESA-DESA DI INDRAMAYU AKAN MAJU

Sudah ratusan tahun kabupaten Indramayu lahir dibangun oleh Arya Wiralodra, perkembangan dan pembangunan infrastruktur dimulai juga saat itu. Jalan-jalan, rumah sakit,barak-barak, pendopo, masjid agung dan fasilitas pemertintahan yang lainnya. Semua itu difokuskan ditengah kota.
Lambat laun pemerintahan itu silih berganti kepemimpinan yang tentunya mempunyai sifat dan karakter yang berbeda-beda tergantung siapa yang memimpin. Diantaranya ada dari kalangan intelektual,pengusaha, jurnalis,politisi dan yang lainnya. Namun entah kenapa negeri Indramayu ini belum juga dianggap sebagai daerah atau kabupaten maju. Bahkan image dominant yang tersebar adalah yang negatifnya.
Seperti apa yang saya ungkapkan diatas selama ini pembangunan lebih banyak difokuskan dikota. Perlu digaris bawahi arti pembangunan tersebut. Pembangunan disini mencakup dua aspek yaitu infrastruktur dan suprastruktur.
Berbicara masalah sinfrastruktur dan suprastruktur, nampaknya selama ini pembagunan Di Indramayu diprioritaskan pada infrastruktur dan itupun difokuskan dikota, sementara di Desa yang merupakan antonym dari kata kota dinomor duakan.
Menurut saya, pembangunan itu harus merata, bahkan memprioritaskan yang bersifat suprastruktur, mengapa?karena hal ini berkaitan dengan pelaksana pembagunan juga, dari sisi pendidikannya,moralnya,indisipliner dan yang lainnya. Sebab jika pembangunan itu diutamakan pada yang bersifat fisik (infrastruktur) tanpa mengimbangi SDM-nya (suprastruktur), maka bangunan itu akan rapuh, masalahnya pembangunan suatu daerah adalah mencakup pembagunan social.
Dikatakan wajar desa-desa di Indramayu selama ini pembangunanya lambat bahkan sedikit sekali yang dirasakan masyarakat terkecuali pembangunan jalan itupun 10 tahun sekali. Mungkin juga terjadi dikabupaten-kabupaten yang lain. Karena kebanyakan kepala desa (kuwu) dari mereka lulusan SMP atau SMA itupun ijazahnya ada yang dapat beli. Sehingga kapasitas kepemimpinanya masih dibawah standar dalam pembentukan program-program bagi masyarakat yang bersifat suprastruktur. Yang ada dalam pikiran mereka adalah pembangunan dan program kasat mata (fisik) dan biar dikatakan hebat.
Idealnya seorang kepala desa bisa dijadikan suri tauladan bagi masyarakatnya..

AHLAK PEJABAT VS MAHASISWA

MORAL PEJABAT VS MAHASISWA
Indramayu, 21 Mei 2009
SYUKRON MA’MUN, S.Sos.


Semua tidak menyangka, kalau sebenarnya awal mula rusaknya moral pejabat itu berawal sejak mahasiswanya. Mereka sebagaimana diberitakan ditelevisi banyak melakukan korupsi sehingga berurusan dengan KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi), perselingkuhan, dan penyalahgunaan jabatan sudah dipelajarinya sejak duduk dibangku kuliah. Saya merupakan pengamat organisasi-organisasi di Universitas baik yang intra maupun yang ektra dan organisasi daerah.
Bahkan tidak jarang pejabat yang sekarang dibelenggu kasus korupsi, dulunya adalah mantan aktivis mahasiswa yang selalu meneriakan kebenaran dan keadilan versi mereka. Mereka turun kejalan sambil berdemo, bak pahlawan revolusi sehingga tidak jarang pengguna jalan yang terganggu. Tatapi sungguh sayang ilmu yang didapat waktu kuliah (waktu menjadi aktivis) tidak dipraktekan ketika menjadi pejabat.
Tidak hanya itu, mahasiswa abad millennium ini sudah berubah haluan menjadi pemikir yang hedonis. Kehidupan sehari-harinyapun tidak jauh dari itu, hasilnyapun pejabat atau kaum hedonisme.
Kalau say autarakan kehidupan mahasiswa sekarang sudah bebeda jauh dengan kehidupan mahasiswa tahun-tahun kebelakang, dari cara belajarnya,bersosial,etika dan beragama.
Dari sisi pendidikan atau belajar, mereka mengalokaikan waktu lebih sedikit daripada jam mainnya. Bahkan saya sering melihat mahsiswa yang tidak punya jam belajar, yang mereka lakukan memperbanyak jam main, shoping, berguaru dan hal-hal tidak ada kaitannya dengan dunia kampus.
Dari sisi social mereka cenderung individualistis, kecuali mereka yang hidupnya menumpang atau menggantungkan diri pad aorganisasi, cenderung kompak dan penuh kebersamaan,mereka tinggal di mess-mess dan secretariat organisasi. Selain itu mereka juga enggan bergaul dengan masyarakat pribumi kecuali hanya beberapa.
Dari sisi moral, sudah tidak aneh lagi mahasiswa dan mahasiswi bergandengan tangan didalam kampus. Mereka berlalu lalang sampai keluar kampus menuju kost-kostannya. Disanalah hal yang membedakan antara pacaran tempo dulu dengan masa sekarang. Mereka tidak mengenal batas etika. Dan akhirnya terjadilah hal-hal yang tidak di inginkan seperti sex bebas dan hal yang lainnya naudzubillah…
Bahkan tidak sedikit kostan- kostan yang mencampur laki-laki dan perempuan, dengan pertimbangan mereka sudah pada ngerti dan dewasa menurut pemilik kostan. Walau demikian masih banyak dari mereka yang mempunyai etika baik dalam pergaulan, tetapi yang demikian sering dikucilkan dan dianggap tidak gaul.
Dari sisi agama, sudah jauh melenceng dari aturan-aturannya. Dari ribuan mahasiswa bahkan jutaan hanya berapa % yang masih menjunjung tinggi aturan agama bahkan dari universitas berlebel islam-pun sudah terjebak dalam system modern ini. Padahal mereka tahu apa yang telah dilakukannya itu salah. Mereka berjilbab ketika pergi kekampus saja dan dibukanya seusai dari kampus. Apalagi mereka yang dari universitas-universitas umum dan dikota besar. Saya sungguh sedih melihatnya atas perubahan drastic semacam ini. Mereka yang masa SMA-nya terbilang orang pendiam suka belajar agama dan tidak jarang dari kalangan santri, kini ikut berubah karena pergaulan dan kejamnya era globalisasi. Oleh karena itu saya berpesan kepada orang tua dan para pendidik bangsa, ajarilah anak-anak generasi bangsa tentang agama sejak kecil dan pupuklah imannya kuat-kuat. Karena inilah satu-satunya solusi untuk menghadapi zaman yang tidak menentu ini.
Selanjutnya apakah dari mahasiswa seperti inikah posisi jabatan itu di duduki?? Ya! Mungkin jawaban itu 70% benar. Karena jawaban sekarang bisa di beli dengan duit. Penawaran seperti ini saya alami ketika mau ikut pendaftaran CPNS. Ada seorang makelar yang menawari jabatan dating kerumah saya, dia menawarkan jabatan itu dengan harga 35 juta. Lalu apa dengan cara seperti itu juga akan mendapatkan pejabat-pejabat yang professional.
Jawabannya tentu tidak!Allah maha tahu apa yang dilakukan hambanya. Selanjutnya apakah hasilnya akan baik, jika SDM-SDM yang menjalankan roda pemerintahan dadapatkan dari proses-proses diatas. Jawabannya pun tentu tidak! Karena pepatah mengatakan “buah jatuh tidak mungkin jauh dari pohonnya” sebut saja salah satu contohnya seorang guru, jikalau ketika mahasiswanya dia seperti proses tersebut diatas, lalu seperti apa murid yang di didiknya.
Mari kita analisa bersama, apa sebenarnya yang menjadi penyebab semua ini. Asumsi saya hal ini tidak lepas dari pengaruh globalisasi. Karena tujuan globalisasi adalah trend menuju homogenitas cultural atau dengan kata lain pengaruh internasional terhadap kultur tertentu. Jalasnya kultur barat. Karena iklim dunia saat ini dikemudi oleh kultur barat dimana system globalisasi merupakan programnya sebagai imprealisme cultural. Meskipun mereka tidak menggunakan istilah itu.
Lihat saja seperti peran media sekarang yang lebih cenderung kepada program gaya hidup hedonis, wanita kariri dan yang lainnya. Semoga dengan tulisan ini masyarakat sadar kalau Negara kita sedang dijajah oleh globalisasi budaya yang bernuansakan liberal yang tentunya menembus batas-batas religi

MLM DAN MONEY GAME

MENYOROTI SISTEM MLM DAN MONEY GAME
MENYOROTI SISTEM MLM (Multi Level Marketing)
DAN MONEY GAME

Saya adalah salah satu korban dari system MLM yang konon katanya system perdagangan modern yang sedang merebak atau booming di Negeri nusantara ini. Saya telah salah mengartikan pemahaman perdagangan modern itu. Dan mungkin banyak orang juga seperti saya, bahkan para ulama pun tidak luput dari system ini. Pada awalnya atau dilihat dari performance luar memang bisnis ini kelihatan menarik dan tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Tetapi setelah diselami dan dipelajari ternyata system ini kebanyakan bernuansa money game.
Di lihat dari sisi lain, MLM dan money game adalah kerabat dekat dalam system ini,pantas saja para pelakunya cepat pada sukses dalam waktu instant, karena bisnis ini hanya mengelabuhi orang untuk bergabung atau bisa dikatakan bisnis ini sebagai People Bisnis (Bisnis mencari manusia) bukan bisnis yang selayaknya yaitu bisnis menjual barang. Produk dalam bisnis ini hanya dijadikan kedok namun tujuan utamanya bukan menjual produk tetapi hanya menjual jaringan atau lisensi yang sesungguhnya manfaatnya sedikit sekali.
Perlu digaris bawahai bahwa sebenarnya system MLM itu memang bagus untuk bisnis jaman sekarang, dengan syarat dilakukan dengan baik dan benar sebagaimana perusahaan-perusahaan besar di Indonesia. system ini memperbanyak kenalan dan hubungan silaturahmi serta manambah wawasan, yang pada intinya dalam system ini para pelakunya adalah seorang sales marketing untuk menjual produk perusahaan yang sudah jelas manfaatnya. Sehingga system ini banyak digunakan oleh perusahaan-perusahaan karena system ini dianggap efektif.
Namun semakin kesini system itu banyak dirubah oleh orang-orang yang mempunyai kepentingan tertentu dan dijadikan sebagai bisnis yang instant dengan tidak menjadikan produk sebagai orientasi bisnisnya tetapi jaringanlah yang menjadi prioritasnya. Sehingga para pelaku (sales marketing) itu mondar mandir mencari manusia untuk dijadiakan sebagi jaringannya. Hanya saja kebanyakan orang tidak sadar dan tidak paham dengan system ini yang sebenarnya.
Sistem MLM sekarang ini banyak disalahgunakan sebagai money game. Mengapa saya berani mengatakan demikian?karena berdasarkan pengalaman saya sendiri. dari awal saya sudah ragu dengan system ini tetapi saya belum tahu persis didalamnya, karena kelihatannya menjanjikan sayapun masuk bisnis ini (sebut saja bisnis pulsa), yang konon kata up-line saya ini bukan bisnis MLM . Setelah beberapa lama saya merasa dibohongi dengan bisnis ini karena up-line saya mengatakan dengan uang 200.000 anda sudah dapat bertransaksi pulsa dengan hand phone selular saya, tetapi pada kenyataanya harus membayar lagi. Itu pelajaran yang dapat saya ambil dari bisnis ini. Saya pun mencari jaringan dengan mencari manusia yang mau bergabung dengan bisnis ini dengan dibekali sepaket profile dan CD tentang perusahaan. Saya pun tambah yakin ketika jaringanku tambah banyak dan penghasilanku lumayan. Tetapi ditengah perjalanan bisnisku banyak bawahanku atau dalam bisnis ini disebut down-line banyak yang tidak bisa bentuk jaringan dan merasa kecewa dengan bisnis ini. Akhirnya saya berpikir apa yang ganjil dalam bisnis ini akhirnya aku buka lagi buku cara kerja bisnis ini, walau belum menemukan jawabannya aku sudah memutuskan untuk keluar dari bisnis yang konon bukan MLM ini. Setelah saya keluar saya menanyakan kepada ulama salaf (tradisional) tentang bisnis ini, tetapi ulama ini tidak mengerti dengan system bisnis modern model sekarang ini. sehingga tidak ada jawaban yang pasti tentang bisnis ini. Akhirnya aku mendatangi ulama modern yang tahu perkembangan system perdagangan sekarang ini. Dan sungguh aku terkejut dengan jawabannya karena ulama ini telah menjadi anggota dari bisnis ini, dengan tidak ada keraguan lagi aku masuk lagi di bisnis ini dengan membeli hak usaha lebih banyak lagi dari sebelumnya.
Waktu terus berjalan dan saya selalu untung karena mempunyai down-line yang sangat rajin dan pintar dalam membentuk jaringan. Singkat cerita ketika modalku sudah kembali setengahnya, kebetulan sayapun waktu itu menjadi karyawan disalah satu perusahaan di Bandung sedang sharing dengan pelanggan perusahaan, dari ucapnnya terungkap “awas hati-hati dengan bisnis MONEY GAME) akupun tergugah untuk mempelajari lebih dalam lagi system bisnis yang sedang aku jalani ini
Dan akhirnya aku tahu system bisnis ini dengan lebih mendalam dan bisa dijadiakan jawaban yang selama ini aku bingungkan, ternyata bisnis ini hanya mempermainkan uang (money game) yang dihasilkan dari para anggotanya (member). Pantas saja orientasinya people bukan menjual produk. Dan hanya orang yang diatas saja yang menikmati hasilnya. Coba kita analogikan bersama”misalkan ada seribu member” yang jadi pertanyaan member yang ke-seribu ini dapat apa?mobil-kah?rumah mewah-kah? Atau hanya dapat buku panduan perusahaan yang harga sebenarnya dibawah standar.
Satu lagi yang harus digaris bawahi dalam bisnis ini (MLM versi tidak jelas) harus banyak berbohong, karena kalau tidak, jangan harap anda akan maju atau mendapatkan penghasilan yang banyak, sungguh sangat tidak terpuji system bisnis ini,
Mari kita kaji bagaimanakh hukumnya menjalankan bisnis semacam ini sesuai dengan ajaran agama khususnya Islam. Walau bisnis ini konon sudah banyak yang membuka jalur syaria’ah, tetapi tetap saja tidak ada artinya bila memakai system money game. Islam memahami bahwa perkembangan budaya bisnis berjalan begitu cepat dan dinamis. Berdasarkan kaidah fiqhiyah pada dasarnya segala hukum dalam bisnis adalah boleh atau mubah kecuali ada dalil yang melarangnya. (Al-ashlu fil muamalh al-ibahah, hatta yadula ad-dalilu ‘ala tahrimhaa)
Dari dalil diatas, maka terlihat bahwa islam memberikan jalan bagi manusia untuk melakukan berbagai improvisasi dan inovasi melalui system, tehnik dan mediasi dalam melakukan perdgangan. Namun Islam juga mempunyai prinsif-prinsif tentang perkembangan bisnis yang harus ditaatinya. Diantaranya harus terhindar dari unsure-unsur berikut:
1. Dharar (membahayakan orang lain atau mengecewakannya)
2. Jahalah (ketidakjelasan)
3. Zuhlm (merugikan atau tidak adil terhadap salah satu pihak)
4. Masyir ( berbau judi) transaksi spekulatif tinggi yang tidak terkait dengan penjualan produk riil
5. Gharar ( penipuan) jual beli dengan barang yang tidak jelas ( produk hanya sebagai kedok)
6. Riba (penggandaan uang/arisan berantai)

Jika kita ingin mengembangkan bisnis MLM, maka harus terbebas dari unsure-unsur diatas. Oleh karena itu barang atau jasa yang dibisniskan serta system yang digunakan tidak bertentangan dengan prinsif-prinsif syari’ah diatas.
Dr.H.Budi Utomo (Dewan Syariah Nasional [DSN] dan komisi fatwa MUI)mengungkapkan untuk meneliti terlebih dahulu kehalalan suatu bisnis MLM, baik produk ataupun sistemnya sebelum bergabung. Dengan mengkaji aspek dibawah ini:
1. marketing plan-nya, apakah ada unsure piramida atau tidak. Kalau ada unsure piramida yaitu distributor atau member yang lebih duluan masuk selalu diuntungkan dengan mengurangi hak down lina dibawahnya, maka hukumnya haram.
2. Apakah perusahaan MLM mempunyai track record positif yang baik ataukah tiba-tiba muncul dan misterius, apalagi yang banyak kontroversinya.
3. Apabila bisnis ini lebih menekankan pada targeting jaringan dan menganggap bahwa produk tidak penting untuk pokok jual belinya atau produk hanya sebagai kedok (kamuflase) dan hanya menggunakan uang pendaftaran sebagi bukti punya hak usaha, maka patut dicurigai sebagai arisan berantai (money game) yang menyerupai judi.
4. Apakah perusahaan MLM menjanjikan kaya dalam waktu instant (satu tahun, atau dalam hitungan bulan) tanpa bekerja lagi selanjutnya (passive income) ataukah tidak demikian.
5. Jika calon member bergabung dengan membayar uang tertentu, tetapi dia tidak ada keharusan untuk membeli atau menjual produk perusahaan, dia hanya berkewajiban mencari anggota baru dengan cara seperti diatas; yakni membayar uang pendaftaran. Semakin banyak member maka semakin banyak bonusnya. Ini merupakan salah satu transaksi berbasis riba karena menarus uang diperusahaan tersebut kemudian mendapatkan hasil yang lebih banyak. Ini jelas hukumnya haram. Sebagaimana firman Allah “sesungguhnya Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba).

Untuk lebih memudahkan dalam mengetahui status halal atau money game-kah suatu bisnis MLM, walau mereka (para pelaku money game) menyatakan dengan lantang
Bahwa bisnisnya bukan money game. Coba saja perhatikan jika anda mengikuti bisnis dengan mengeluarkan biaya ,200ribu atau 300ribu; apa yang anda peroleh saat itu dari bisnis tersebut; apakah anda memperoleh produk riil yang memberikan manfaat atau perusahaan hanya memberikan “harapan” akan memperoleh uang yang lebih banyak, katakanlah jutaan rupiah? Jika memang pada akhirnya pada suatu saat nanti anda memperoleh uang yang besar tersebut pada hal tidak ada penjualan produk yang riil, dari manakah uang yang anda peroleh tersebut? Memang ketika anda mengeluarkan uang 200 ribu tidak akan merasa berat untuk sebuah usaha jaman sekarang gak ada artinya. Ya Cuma 200ribu. Tetapi ketika anda mendapatkan jutaan rupiah, berapa ribu orang yang sudah mengeluarkan uang 200ribu dengan dibebani harapan yang sama yakni akan mendapatkan uang yang besar pula. Senangkah, bahagiakah anda bisa memperoleh uang juataan rupiah atas kekecewaan banyak orang, dimana hati nuarani anda.
Juga dalam hitungan matematis, perusahaan pasti membatasi terjadinya peluang sukses terhadap membernya. Tipe struktur bisnis MLM yang berbau money game hanya dapat menopang sejumlah kecil kesuksesan membernya. Contoh jika seseorang memerlukan down line 1000 orang agar dia memperoleh Pasive income atau Mobil BMW, maka seribu orang down line ini memerlukan sejuta orang untuk memperoleh kesuksesan yag sama. Jadi sebenarnya uang yang masuk ke kantong up-line atau leader yang sukse berasal dari pendaftaran member baru bukan dari penjualan produk.

Indramayu, 18 Mei 2009



Syukron Ma’mun, S. Sos.

Selasa, 06 Oktober 2009

WATERSHED AND COASTAL DEFINITION

WATERSHED AND COASTAL ZONE RELATIONSHIP AND PROBLEM
Oleh: Syukron Ma’mun

A. Watershed Definition
Etimology : water +‎ shed, a calque of German Wasserscheide, a compound of Wasser (“‘water’”) + Scheide (“‘divide’”).
Terminology : A watershed is an extent of land where water from rain or snow melt drains downhill into a body of water, such as a river, lake, reservoir, estuary, wetland, sea or ocean. The drainage basin includes both the streams and rivers that convey the water as well as the land surfaces from which water drains into those channels, and is separated from adjacent basins by a drainage divide.
The drainage basin acts like a funnel, collecting all the water within the area covered by the basin and channelling it into a waterway. Each drainage basin is separated topographically from adjacent basins by a geographical barrier such as a ridge, hill or mountain, which is known as a water divide.
Other terms that are used to describe a Watershed are catchment, catchment area, catchment basin, drainage area, river basin, and water basin . In the technical sense, a watershed refers to a divide that separates one drainage area from another drainage area. However, in the United States and Canada, the term is often used to mean a drainage basin or catchment area itself. Watersheds drain into other watersheds in a hierarchical pattern, with smaller sub-watersheds combining into larger drainage basins.
The Environmental Protection Agency launched the website, Watershed central for the public to exchange information and locate resources needed to restore local watersheds.
Example of a drainage basin. The dashed line is the main water divide of the hydrographic basin







Homes, farms, ranches, forests, small towns, big cities and more can make up watersheds. Some cross county, state, and even international borders. Watersheds come in all shapes and sizes. Some are millions of square miles, others are just a few acres. Just as creeks drain into rivers, watersheds are nearly always part of a larger watershed. 


B. Coastal zone
Coastal zone is Lands and waters adjacent to the coast that exert an influence on the uses of the sea and its ecology, or whose uses and ecology are affected by the sea. The continental shelf, continental margin, coastal ocean and coastal zone are fuzzy concepts for which various definitions have been proposed.


Extent of the coastal zone. (Source: University of Liverpool)
The continental shelf is the area extending from the coast to the shelf break, which is usually defined by the 200 meter depth isobaths. The continental margin is the transition zone between the continental crust and the oceanic crust, including the coastal plain, continental shelf, slope and rise. The coastal ocean is the portion of the global ocean where physical, biological and biogeochemical processes are directly affected by land. It is either defined as the part of the global ocean covering the continental shelf or the continental margin. The coastal zone usually includes the coastal ocean as well as the portion of the land adjacent to the coast that influences coastal waters. It can readily be appreciated that none of these concepts has a clear operational definition
If the coastal zone is delineated on the basis of the shelf break, it has been established that the average depth of the shelf-slope break is closer to 125 m. The choice makes little difference in terms of the area. The world coastline extends over 350,000-1,000,000 km, depending upon how finely the "length" is resolved. Within its extent, the coastal ocean and the immediately landward region of the coastal zone displays a wide diversity of geomorphologic types and ecosystems.
Despite its relatively modest surface area, the coastal zone plays a considerable role in the biogeochemical cycles because virtually all land-derived materials (water, sediments, dissolved and particulate nutrients, etc.) enter this region in surface runoff or groundwater flow. These terrestrial inputs are changing, largely as a consequence of human influence; about 40% of the world population lives within 100 km of the coastline, and this proportion is increasing. In addition, the coastal ocean exchanges large amounts of matter and energy with the open ocean. As a consequence of these external influences the coastal ocean constitutes one of the most geochemically and biologically active areas of the biosphere. For example, it accounts for at least 15% of oceanic primary production, 80% of organic matter burial, 90% of sedimentary mineralization, 75-90% of the oceanic sink of suspended river load and ca. 50% of the deposition of calcium carbonate. Additionally, it represents 90% of the world fish catch and its overall economic value has been recently estimated as at least 40% of the value of the world's ecosystem services and natural capital.
Despite its potential importance, the coastal ocean has been relatively neglected until recently, probably because of its intrinsic complexity. It is the focus of several national and international ongoing research programs. The Land-Ocean Interactions in the Coastal Zone (LOICZ) program was established as part of the IGBP Global Change Programme (IGBP) in 1993. It is now also a core project of the International Human Dimensions Programme on Global Environmental Change (IHDP). The European Union has launched a coastal core project (European Land-Ocean Interaction Studies

C. Identifying and Analyzing Watershed and Coastal Zone Problems
There are many kind of problem watershed and Coatal zone but The mostly problem in the watershed and coastal zone are soil erosion as the investigation of the drainage basin and coastal area revealed. Talus edges, rill erosion, sheet erosion, gully erosion, mass movements and badlands are widely spread throughout the River catchments and coastal area. Soil erosion processes are due to several physical and man-made factors here, including steep slopes, heavy rainfalls and intensive human activities (e.g., cultivation, Fishery pasture even in areas with steep slopes) resulting in high soil compaction. Soil conservation measures are not sufficient to reduce soil erosion processes. Soil erosion is a severe problem as it threatens livelihood security. Having identified and analyzed the problems of the watershed and coastal zone , clear and specific objectives have to be identified.
EROSION
Erosion is the removal of solids (sediment, soil, rock and other particles) in the natural environment. It usually occurs due to transport by wind, water, or ice; by down-slope creep of soil and other material under the force of gravity; or by living organisms, such as burrowing animals, in the case of bioregion .
Erosion is distinguished from weathering, which is the process of chemical or physical breakdown of the minerals in the rocks, although the two processes may occur concurrently.
Erosion is a noticeable intrinsic natural process but in many places it is increased by human land use. Poor land use practices include deforestation, overgrazing, unmanaged construction activity and road-building. Land that is used for the production of agricultural crops generally experiences a significant greater rate of erosion than that of land under natural vegetation. This is particularly true if tillage is used, which reduces vegetation cover on the surface of the soil and disturbs both soil structure and plant roots that would otherwise hold the soil in place. However, improved land use practices can limit erosion, using techniques such as terrace-building, conservation tillage practices, and tree planting.
Water erosion
One of example for water erosion is:

Sheet erosion is the detachment of soil particles by raindrop impact and their removal down slope by water flowing overland as a sheet instead of in definite channels or rills. The impact of the raindrop breaks apart the soil aggregate. Particles of clay, silt and sand fill the soil pores and reduce infiltration. After the surface pores are filled with sand, silt or clay, overland surface flow of water begins due to the lowering of infiltration rates. Once the rate of falling rain is faster than infiltration, runoff takes place. There are two stages of sheet erosion. The first is rain splash, in which soil particles are knocked into the air by raindrop impact. In the second stage, the loose particles are moved down slope by broad sheets of rapidly flowing water filled with sediment known as sheet floods. This stage of sheet erosion is generally produced by cloudbursts, sheet floods commonly travel short distances and last only for a short time.
Shoreline erosion
See also: Beach evolution


Erosion due to wave pounding at Venus Bay, South Australia.


Wave cut platform caused by erosion of cliffs by the sea, at Southern down in South Wales
Shoreline erosion, which occurs on both exposed and sheltered coasts, primarily occurs through the action of currents and waves but sea level (tidal) change can also play a role.
Hydraulic action takes place when air in a joint is suddenly compressed by a wave closing the entrance of the joint. This then cracks it. Wave pounding is when the sheer energy of the wave hitting the cliff or rock breaks pieces off. Abrasion or corrosion is caused by waves launching sea load at the cliff. It is the most effective and rapid form of shoreline erosion (not to be confused with corrosion). Corrosion is the dissolving of rock by carbonic acid in sea water. Limestone cliffs are particularly vulnerable to this kind of erosion. Attrition is where particles/sea load carried by the waves are worn down as they hit each other and the cliffs. This then makes the material easier to wash away. The material ends up as shingle and sand. Another significant source of erosion, particularly on carbonate coastlines, is the boring, scraping and grinding of organisms, a process termed bioregion.
Sediment is transported along the coast in the direction of the prevailing current (long shore drift). When the up current amount of sediment is less than the amount being carried away, erosion occurs. When the up current amount of sediment is greater, sand or gravel banks will tend to form. These banks may slowly migrate along the coast in the direction of the long shore drift, alternately protecting and exposing parts of the coastline. Where there is a bend in the coastline, quite often a build up of eroded material occurs forming a long narrow bank (a spit). Armored beaches and submerged offshore sandbanks may also protect parts of a coastline from erosion. Over the years, as the shoals gradually shift, the erosion may be redirected to attack different parts of the shore.

D. Relationship Beetwen Watershed and Coastal Zone
  Human activities on coastal watersheds provide the major sources of nutrients entering shallow coastal ecosystems. Nutrient loadings from watersheds are the most widespread factor that alters structure and function of receiving aquatic ecosystems.


To investigate this coupling of land to marine systems, we are studying a series of subwatersheds of Waquoit Bay that differ in degree of urbanization and hence are exposed to widely different nutrient loading rates. The subwatersheds differ in the number of septic tanks and the relative acreage of forests. In the area of our study, groundwater is the major mechanism that transports nutrients to coastal waters. Although there is some attenuation of nutrient concentrations within the aquifer or at the sediment-water interface, in urbanized areas there are significant increases in the nutrient content of groundwater arriving at the shore’s edge. The groundwater seeps or flows through the sediment-water boundary, and sufficient groundwater-borne nutrients (nitrogen in particular) traverse the sediment-water boundary to cause significant changes in the aquatic ecosystem. These loading-dependent alterations include increased nutrients in water, greater primary production by phytoplankton, and increased macroaglal biomass and growth (mediated by a suite of physiological responses to abundance of nutrients). The increased macroalgal biomass dominates the bay ecosystem through second- or third-order effects such as alterations of nutrient status of water columns and increasing frequency of anoxic events. The increases in seaweeds have decreased the areas covered by eelgrass habitats. The change in habitat type, plus the increased frequency of anoxic events, change the composition of the benthic fauna. The data make evident the importance of bottom-up control in shallow coastal food webs. The coupling of land to sea by groundwater-borne nutrient transport is mediated by a complex series of steps; the cascade of processes make it unlikely to find a one-to-one relation between land use and conditions in the aquatic ecosystem. Study of the process and synthesis by appropriate models may provide a way to deal with the complexities of the coupling.

REFERENCES
K.J Gregory & D.E Walling, Drainage Basin Form and Process, Edward Arnold-Hill Street London. (1973)
Hardiatmo Christady Hary, Penaganan Tanah Longsor dan Erosi, Gadjah Mada University Press. Yogyakarta 2006
http://en.wikipedia.org/wiki/Erosion
Alongi D. M., 1998. Coastal ecosystem processes. 419 p. Boca Raton: CRC Press.
http://www.eoearth.org/article/Coastal_zone

http://www.geo.fu-berlin.de/fb/e-

learning/geolearning/en/watershed_management/planning_cycle/identify_problems/index.html
http://en.wikipedia.org/wiki/Drainage_basin
http://www.conservationinformation.com/?action=learningcenter_kyw_whatisawatershed

EMISI RUMAH KACA

PERANAN LAUT DALAM EMISI RUMAH KACA
Oleh : Syukron Ma’mun

Washington ( Berita on May 24, 2008): Badan pelestarian Lingkungan Amerika Serikat , EPA, mengatakan bahwa emisi gas rumah kaca membahayakan kesehatan manusia, satu hasil temuan mengenai kritisnya kondisi lingkungan.
Segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari Matahari. Sebagian besar energi tersebut berbentuk radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika energi ini tiba permukaan Bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas yang menghangatkan Bumi. Permukaan Bumi, akan menyerap sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas ini berwujud radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar. Namun sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara lain uap air, karbon dioksida, dan metana yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi. Keadaan ini terjadi terus menerus sehingga mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat.


Emisi Rumah Kaca
Gas-gas tersebut berfungsi sebagaimana gas dalam rumah kaca. Dengan semakin meningkatnya konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, semakin banyak panas yang terperangkap di bawahnya, sehingga terjadi ketidakseimbangan.
Sebenarnya efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada di bumi, karena tanpanya, planet ini akan menjadi sangat dingin. Dengan temperatur rata-rata sebesar 15 °C (59 °F), bumi sebenarnya telah lebih panas 33 °C (59 °F)dari temperaturnya semula, jika tidak ada efek rumah kaca suhu bumi hanya -18 °C sehingga es akan menutupi seluruh permukaan Bumi. Akan tetapi sebaliknya, apabila gas-gas tersebut telah berlebihan di atmosfer, akan mengakibatkan pemanasan global
Peranan Laut Dalam Emisi Rumah Kaca
Zat yang diserap maupun yang dilepas ke atmosfer berada dalam bentuk gas karbon dioksida (CO2). Laut akan menyerap karbon bilamana tekanan parsial gas karbon dioksida di atmosfer lebih tinggi dari tekanannya di dalam air laut. Lautan dapat berperan menangkap karbon dioksida (CO2) dari atmosfer dalam jumlah yang sangat besar. Sekitar seperempat CO2 yang dihasilkan oleh manusia dari hasil pembakaran bahan bakar fosil diserap dan disimpan di lautan. Di beberapa bagian laut, oksigen dapat tersimpan hingga berabad-abad lamanya dan berperan sangat besar dalam mengurangi pemanasan global