Sabtu, 13 Maret 2010

FOUR THEORY OF LIFE BALANCING


Akhir-akhir ini, masyarakat indonesia hampir melupakan jati dirinya yaitu sebagai warga yang punya akhlak (moral)tinggi  dan menjunjung tinggi kebersamaan termasuk gotong royong. tetapi yang terjadi sebaliknya yaitu individualis dan hedonis serta kebarat-baratan dengan mengesampingkan nilai-nilai agama dimana didalamnya merupakan sumber dari aturan2 hidup bermasyarakat yang selaras. selain itu banyak terjadi kesalahpahaman dalam mengartikan kemapanan ekonomi, baik itu dalam cara memperolehnya maupun dalam pemanfaatannya dan sumber sesungguhnya. tulisan dibawah ini mungkin bisa menjadi wawasan dalam menuju keselarasan hidup yang harmonis antara dunia dan akhirat. paling tidak ada empat dimensi yang harus dijalankan secara bersama-sama. diantaranya:
1.      Agama
Agama bagi manusia adalah sebuah keharusan, karena merupakan kebutuhan batin dan juga sebagai penyeimbang atau kontrol dari akal pikiran manusia. Karena akal manusia cenderung berpikir kearah yang tidak terbatas pada hal sejatinya hal itu tidak mungkin terjangkau, disinilah peran agama sebagai pengontrol keseimbangan antara hati dan pikiran.
Dalam sebuah kitab klasik tulisan para Ulama salaf disebutkan “Addinun nasihah” agama adalah nasihat. Sepintar apapun manusia, sekaya bagaimanpun akan butuh terhadap agama, entah agama itu Islam, Nasrani, Yahudi, atau yang lainnya. Agama adalah fitrah manusia sejak dilahirkan. Didalam agama juga akan diterangkan keselarasan hidup antara dunia dan akhirat sehingga sesibuk apapun manusia dalam aktivitasnya akan teringat kepada Tuhan-nya yang merupakan kebutuhan batin, dan hal itu hanya ada didalam agama.
Disamping itu agama juga mengatur segala hal tentang kehidupan, mulai dari bagaimana mendidik anak dalam keluarga, berlaku sopan santun, dan bagaimana bersosialisasi dengan masyarakat. Kita bisa melihat tetangga atau orang yang hidup disekitar kita dan kita bisa menilai ranah kehidupan keluarga mereka yang menujunjung nilai-nilai agama dan yang tidak. Perbedaannya akan terlihat jauh, yang menjunjung nilai-nilai agama akan terlihat bahagia, damai, nyaman, penuh kasih sayang, walaupun harta kekayaan dibilang sederhana. Dan sebaliknya untuk keluarga yang jauh dari nilai-nilai agama akan terlihat bingar, panas, serta suasana yang tidak nyaman.

2.      Pendidikan
Pendidikan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan (Particulary thing). Suatu kehidupan tanpa adanya sentuhan pendidikan tidak akan  berjalan mulus seperti yang diharapkan bahkan akan hancur tak terarah, seperti yang terjadi pada abad sebelum Nabi Muhamad diutus kedunia. Siapa yang berani dialah yang akan menguasainya atau biasa disebut hukum rimba. Begitupun terjadi ketika Indonesia dalam era kebodohan yang waktu itu dijajah oleh kolonial Belanda dan Jepang, hal itu terjadi semata-mata karena kebodohan.
Namun dalam menempuh dunia pendidikan, masyarakat mempunyai paradigma yang berbeda. Sebagian mereka hanya cinta pada pendidikan umum (general education), sebagian lagi hanya gemar mempelajari ilmu agama. Dan ada pula yang menempuh keduanya, dan inilah yang nantinya akan menjadi insan kamil yang bijak. Mengapa?
Rasulullah bersabda yang artinya “sesungguhnya mencari ilmu itu wajib bagi laki-laki dan perempuan” dalam sabda lain “sejak dilahirkan sampai dikuburkan kembali”. Hadits ini menyimpan makna yang sangat luas, termasuk kata “ilmu”  disana. Kata ilmu diatas tidak ditunjukan untuk ilmu tertentu (agama dan umum) tetapi untuk keduanya. Hanya saja terkadang masyarakat menafsirkan dari satu sisi, sehingga satu sama yang lainnya saling mengklaim pendidikan yang sesungguhnya.

3.      Sosial
Dunia sosial adalah dunia masyarakat. Yaitu keadaan yang mempertemukan antara individu dengan individu yang lainnya. Dunia sosial ini melingkupi beberapa aspek penting karena hubungannya berkaitan dengan hak dan kewajiban serta adat istiadat yang berlaku disuatu daerah. Diantara aspek itu ialah; individu, keluarga, tetangga, organisasi, pemerintahan dan yang lainnya. Dimana komponen-komponen tersebut harus berjalan seimbang. Karena antara yang satu dengan yang lainnya mempunyai sifat dan karakter masing-masing serta pandangan hidup yang beraneka ragam.
Dunia sosial ini sebuah keniscayaan bagi semua manusia, karena sejak dilahirkan manusia sudah butuh pertolongan orang lain, dan untuk menghadapi keanekaragaman itu tentunya dibutuhkan sikap yang lues dan bijaksana. Sekaya dan seanggun apapun bentuk manusia pasti akan butuh terhadap dunia sosial sama seperti agama karena agama diciptakan untuk kerukunan sosial. Atau mereka akan terisolasi dari panggung masyarakat dan akhirnya tidak ada pengaruhnya.
Fenomena dilapangan khususnya dimasyarakat pedesaan, dengan sikap konservatif-nya sungguh sangat susah untuk dirubah kepada tatanan sosial yang sesuai dengan norma-norma standar. Salah satu contohnya cara pengambilan keputusan dalam sebuah masalah. Yang terjadi justru kebanyakan cara sepihak dan saling merasa benar, sehingga sering terjadi konflik dingin yang berkepanjangan.
Dunia sosial juga tidak pandang bulu, profesi, dan lain sebagainya, semua sama. Sama halnya kita dihadapan Tuhan; baik kaya, miskin, tua, muda, nenek-nenek dan lain sebagainya harus taat terhadap norma yang berlaku.

4.      Ekonomi
Ekonomi disini bersifat makro karena mencakup segala bentuk kebutuhan mobilitas manusia, yaitu sandang, pangan, dan papan. Ekonomi merupakan kebutuhan dasar demi menjaga ketahanan dan kualitas produktivitas sehari-hari. Tanpa ekonomi yang memadai seseorang sulit untuk berbuat yang maksimal. Tetapi bukan berarti ekonomi adalah satu-satunya syarat untuk berbuat lebih baik. Contohnya pendidikan, Kita bisa sekolah tinggi karena ekonomi orang tua kita memadai. Tetapi buka berarti kalau ekonomi orang tua kita rendah lalu kita tidak bisa memperoleh pendidikan pendidikan tinggi. Kita masih bisa mendapatkan beasiswa dan semacamnya asalkan kita benar-benar berusaha dan serius menjalaninya.
Terkadang orang salah mengartikan interpretasi kalau menumpuk-numpuk harta adalah salah satu perbuatan cinta dunia (Khubu Dunya), memang tafsiran in tidak bisa disalahkan 100% karena hal itu dikembalikan pada niat dan maksud awal seseorang yang akan melakukan hal itu. Karena Islam sendiri mengjarkan kita untuk kaya. Tetapi disisi lain islam memberi peringatan agar kita tidak sombong  sehingga muncul interpretasi diatas. Tetapi juga pandangan seperti ini akan terlebur jika tujuannya demi kepentingan agama.
Sekarang kita kembali pada tema awal yaitu “ Four Theory of Life” apa sih artinya? Begini artinya kehidupan yang layak itu tidak mungkin terlepas darikeempat element dasar tersebut. Dalam pandangan luas kehidupan harmonis akan tercapai jika keempat kebutuhan itu berjalan seimbang. Mari kita analisa bersam sendainya seseorang berhasil dalam segi ekonomi, dia kaya raya, pendidikan tinggi, segala sesuatu bisa dibelinya. Tetapi dalam segi sosial dan agamanya kurang peduli artinya bersosialisasi dengan masyaraakt sekitar jarang dilakukan bahkan cenderung individualis, maka tidak heran masyarakatpun akan mengucilkannya dan menganggapnya sebagai orang asing padahal orang asli disekitar itu. Begitupun ketika pemahaman agama kita tinggi, sosial peduli, tetapi pendidikan umum dan ekonominya dikatakan masih rendah maka untuk era sekarang peran dalam mayarakatnya tidak begitu berarti. Artinya hanya mencapailevel tertentu. Karena biar bagaimanapun Negara kita adalah negara demokratis yang berasaskan pancasila yang menganut 80% pendidikan umum dan 20% pendidikan agama. Sehingga trend kemapanan ekonomi sangat berperan dalam kehidupan. Kita sering melihat pengajian agama kalau penceramahnya membawa mobil lebih dihormati daripada kiai yang membawa sepeda motor. Itulah salah satu contoh konkrit dalam era reformasi ini. Oleh karena itu pesan dari penulis gapailah keempat element diatas untuk menuju pada keseimbagan hidup didunia dan akhirat.

Yogyakarta, 12 Maret 2010
SYUKRON MA’MUN, S. Sos

Kamis, 11 Maret 2010

ILUSI DAN FATAMORGANA



Bayang- bayang itu tampak terang
Ku coba tuk dekati
Ku pegang erat-erat
Namun semakin erat ku pegang semakin susah ku dekap
Bayang-bayang itu malah memudar dan tidak terjangkau
Senyap dan menghilang
Aku terperanjat sadar
Kalau semua itu hanyalah fatamorgana
Yang datang dengan sejuta asa
Yang indah tuk di pandang
Dan sejuk tuk dirasakan
Ilusi itu membawaku tidak sadar
Hidup dengan arah yang tidak pasti
Namun terngiang indah
Dan aku merasakan kau ada disana.

Yogyakarta, 24 Januari 2010

Syukron Ma’mun