NGAYOGYAKARTA DALAM KANCAH POLITIK
Politik memang panas, tetapi politik juga menentukan stabilitas suatu Negara. Diantaranya terkait dengan masalah ekonomi, pendidikan, sosial, budaya, hukum, sumber daya alam pertahanan dan ketahanan, dan masih banyak lagi, itu semua tergantung terhadap kebijakan pemerintah Indonesia sebagai Negara demokrasi dengan sistem presidensil sebagai landasan pemerintahannya. Era reformasi menuntut akan adanya pemilihan presiden secara langsung oleh rakyat yang kemudian disusul dengan pemilihan kepala daerah baik tingkat satu (Provinsi) maupun tingkat dua (Kabupaten/Kota). Sementara untuk menduduki pemerintahan dan bisa menjadi calon presiden atau kepala daerah harus melalui jalur politik terlebih dahulu yang biasa disebut dengan politik praktis yang sekarang terdiri dari partai-partai. Yang menjadi permasalahan untuk saat ini adalah para elite politiknya yang kurang jujur dan berhati baik, sehingga imbasnya kepada kebijakan publik dan akhirnya rakyatlah yang menjadi korbannya.
Menilik masalah politik di Provinsi Yogyakarta atau biasa disebut Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang didalamnya mencakup Kabupaten, Bantul, Gunung Kidul, Kulon Progo, Sleman dan Kota Yogyakarta saat ini sudah berkembang dengan pesat mengikuti trend perpolitikan nasional, sehingga dengan serta merta kepala daerah dipilih secara langsung dan hal ini sudah dilaksanakan di Yogyakarta. Namun untuk Kepala Daerah tingkat satu (Provinsi), DIY menganut sistem Keistimewaan Demokrasi, dengan sistem penetapan Sri Sultan dan Paku Alam menjadi Gubernur dan wakil gubernurnya tanpa adanya pemilihan langsung seperti di Provinsi lain, dan hal itu tidak usah dipertanyakanlagi! Lalu muncul pertanyaan selanjutnya, loh kenapa? Wong DKI Jakarta juga yang merupakan daerah istimewa, Gubernurnya dipilih langsung oleh rakyat! Menurut saya pertanyaan tersebut wajar dilontarkan oleh orang awam yang tidak tahu seluk beluk perjuangan Yogyakarta pada masa perebutan Kemerdekaan Indonesia dulu.
Berbicara keistemewaan demokrasi merupakan sisi positif dari sistem demokrasi, perlu digaris bawahi demokrasi disini (Indonesia) adalah demokrasi pancasila bukan demokrasi liberal yang sekarang sedang melakukan ekspansi ke berbagai Negara di dunia. DIY memproklamirkan penetapan termasuk salah satu keistimewaan demokrasi pancasila, karena masyarakat DIY sendiri yang memintanya dan kalau pemerintah tidak mengabulkan permintaan masyarakat DIY berarti perlu dipertanyakan sistem demokrasi apa yang dianut pemerintah saat ini! Hemat saya pemerintah mempasilitasi dan memberikan batasan atau prasayarat tertentu untuk menjadi daerah istimewa agar tidak serta merta daerah bisa memproklamirkan diri menjadi daerah istimewa.
Kembali pada ranah politik, ada tiga hal penting pada pidato Presiden terkait Daerah Istimewa Yogyakarta. Pertama; Tranformasi arti Keistimewaan, khususnya DIY untuk masyarakat Indonesia. Dengan pernyataannya dalam pidato, Presiden sengaja memancing akan timbulnya polemik yang ujung-ujungnya akan ada sorotan kilas balik sejarah keistimewaan Yogyakarta dan akhirnya masyarakat, khususnya generasi muda tahu kenapa Yogyakarta disebut daerah istimewa. Ini benilai positif untuk pengetahuan anak bangsa. Kedua; Mengalihkan isu yang sedang berkembang, karena saking banyaknya isu yang membuat pemerintah bingung terkait korupsi, konflik perbatasan, bencana,TKI, dan lain sebagainya, sehingga melontarkan isu baru agar konsentrasi masyarakat jadi memudar yang dalam bahasa politik disebut strategi politik. Karena apabila isu yang sedang berkembang itu dibiarkan, maka lambat waktu akan melemahkan kredibelitas partai politiknya atau kinerja timnya. Ketiga; Memang benar-benar menyinggung masalah monarki. Ini yang disesalkan oleh masyarakat Yogyakarta sampai-sampai adik kandung Sri Sultan Hamangkubuwono X langsung mengundurkan diri dari keanggotaan partai demokrat yang selama ini dinaunginya. Betapa tidak, keistimewaan yang sejak lama diperjuangkan oleh masyarakat Yogyakarta dan Sri Sultan Hamangkubuwono IX kandas begitu saja oleh secarik kertas pidato. Sebenarnya apa sih yang diinginkan pemerintah! Sehingga mengutik-utik sistem yang selama ini harmonis dilaksanakan, terus kenapa baru sekarang untuk diungkit! Apakah pemerintah khawatir akan ada dua sistem dalam satu Negara? Secara rasional tidak mungkin DIY akan menyaingi pemerintah, wong ini sudah berjalan bertahun-tahun dan tidak ada penyelewengan terhadap sistem pemerintahan. Bagi saya ini jelas keistimewaan demokrasi, yang tidak perlu dimunculkan kembali karena akan mengeluarkan energy saja. Lebih baik untuk urusan lain yang lebih penting.
Selanjutnya, idealnya elite politik harus diduduki oleh orang jujur dan berhati baik. Sehingga kebijakan yang dibuat memihak kepada rakyat serta menjunjung nilai-nilai demokrasi dengan menghormati kepada perbedaan-perbedaan termasuk dalam berpartai dan berbudaya. Karena sebagus apapun program suatu Negara dengan memilki potensi melimpah kalau tidak dikelola atau dipimpin oleh kriteria orang diatas maka lambat laun Negara itu akan hancur tak ada arah. Begitupun Wilayah, Daerah, Kecamatan dan Desa yang ada dalam Negara akan terbelakang jika tidak dipimpin oleh Gubernur, Bupati, Camat dan Kades yang berhati baik dan mempunyai jiwa kepemimpinan.
Yogyakarta, 12 Desember 2010
SYUKRON MA’MUN
P
Rabu, 19 Januari 2011
NGAYOGYAKARTA DALAM KANCAH POLITIK
Diposting oleh yongzu di 19.30 0 komentar
Rabu, 25 Agustus 2010
PILKADA
Pemilihan Kepala Daerah (PILKADA) Kabupaten Indramayu sudah diambang pintu, tinggal menghitung hari dan jam, calon Bupati pun sudah siap dengan politik merangkul masanya masing-masing. Tetapi apakah dari 6 (enam) pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati yang sudah ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) itu sudah memenuhi perasyarat hakikat seorang pemimpin atau hanya mirip-mirip pemimpin kemudian dipaksakan. Mari kita analisa bersama
George R.Terry dalam bukunya “Principles of Management”, (1964) yang dikutip oleh Kartini Kartono (1998) menuliskan sepuluh sifat pemimpin yang unggul, yaitu:
Kekuatan; Kekuatan badaniah dan rohaniah merupakan syarat pokok bagi pemimpin yang harus bekerja lama serta tidak teratur, dan di tengah situasi-situasi yang sering tidak menentu. Stabilitas Emosi, Pemimpin yang baik itu memiliki emosi yang stabil artinya dia tidak mudah marah, tersinggung perasaan, dan tidak meledak-ledak secara emosional ia menghormati martabat orang lain toleran terhadap kelemahan orang lain dan bisa memaafkan kesalahan-kesalahan yang tidak terlalu prinsipil semua itu di arahkan untuk mencapai lingkungan social yang rukun damai,harmonis dan menyenangkan. Pengetahuan Tentang Relasi Insani; Salah satu tugas pemimpin ialah memajukan dan mengembangkan semua bakat dan potensi anak buah, untuk bisa bersama-sama maju dan mengecap kesejahteraan karena itu pemimpin di harapkan memiliki pengetahuan sifat, watak dan prilaku anggota kelompoknya agar ia bisa menilai kelebihan dan kelemahan serta keterbatasan pengikutnya,yang di sesuaikan dengan tugas-tugas atau pekerjaan yang akan di berikan pada masing-masing individu. Kejujuran; Pemimpin yang baik itu harus memiliki kejujuran yang tinggi yaitu jujur pada diri sendiri pada orang lain (terutama bawahannya) dia selalu menepati janji, tidak “selingkuh” atau munafik, dapat di percaya,dan berlaku adil terhdap semua orang. Obyektif; Pertimbangan pemimpin itu harus berdasarkan hati nurani yang bersih, supaya obyektif (tidak subyektif, berdasarkan prasangka sendiri) dia akan mencari bukti-bukti nyata dan sebab-musabab setiap kejadian dan memberikan alasan yang rasional atas penolakannya.
Diantara karakter berikutnya adalah Dorongan Pribadi dari hatinya, karena keinginan dan kesediaan untuk menjadi pemimpin itu harus muncul dari dalam hati sanubari sendiri dukungan dari luar akan memperkuat hasrat sendiri untuk memberikan pelayanan dan pengabdian diri pada kepentingan orang banyak. Keterampilan Berkomunikasi; Pemimpin di harapkan mahir menulis dan berbicara mudah menangkap maksud orang lain cepat menangkap esensi pernyataan orang luar, mudah memahami makasud para anggotanya.juga pandai mengkoordinasikan macam-macam tenaga manusia,dan mahir mengintegrasikan berbagi opini serta aliran yang berbeda-beda untuk mencapai kerukunan dan keseimbangan. Keterampilan Sosial; Pemimpin juga di harapkan mempunyai kemampuan untuk “mengelola” manusia, agar mereka dapat mengembangkan bakat dan potensinya.pemimpin dapat mengenali segi-segi kelemahan dan kekuatan setiap anggotany, agar bisa di tempatkan pada tugas-tugasyang cocok dengan pembawaan masing-masing.
Kemampuan Mengajar; Pemimpin yang baik itu di harapkan juga menjadi guru yang baik, mengajar itu membawa siswa (orang yang belajar) secara sistematis dan intensional. Yang di tuju adalah agar para pengikutnya bisa mandiri,mau memberikan loyalitas dan partisipasinya. Kecakapan teknis atau kecakapan manajerial kepemimpinan; Pemimpin harus superior dalam satu atau beberapa kemahiran teknis tertentu, juga memiliki kemampuan manajerial untuk membuat rencana, mengola, menganalisa keadaan, membuat keputusan, mengarahkan, mengontrol dan memperbaiki situasi yang tidak mapan.
Kalo kita analisa lebih dalam dari sifat-sifat pemimpin diatas lebih dominan dimiliki sosok sederhana yang mempunyai jiwa kharismatik serta kebanyakan terlahir dari golongan masyarakat desa. Nampaknya kita sudah dapat membuktikan hal ini pada pemimpin Negara kita Republik Indonesia. Sudah beberapa kali presiden kita, Republik Indonesia sejak kemerdekaannya 1945 sampai 2010 ini di pimpin oleh orang desa dengan silih berganti, dan bukan di pimpin oleh orang Jakarta yang konon Kota Metropolitan.
Untuk PILKADA Indramayu besok 18 Agustus 2010 semoga terpilih calon pemimpin yang mempunyai karakteristik diatas. Dan kepada masyarakat yang memilih bisa menilai calon Bupati yang baik untuk pembangunan Indramayu kedepan, karena Indramayu saat ini membutuhkan perubahan dan kemajuan yang pasti. Yaitu perubahan luar dalam (Suprastruktur dan Infrastruktur), bukan perubahan semu yang hanya muncul sesaat.
Diposting oleh yongzu di 02.39 0 komentar
Sabtu, 13 Maret 2010
FOUR THEORY OF LIFE BALANCING
Diposting oleh yongzu di 19.35 0 komentar
Kamis, 11 Maret 2010
ILUSI DAN FATAMORGANA
Bayang- bayang itu tampak terang
Ku coba tuk dekati
Ku pegang erat-erat
Namun semakin erat ku pegang semakin susah ku dekap
Bayang-bayang itu malah memudar dan tidak terjangkau
Senyap dan menghilang
Aku terperanjat sadar
Kalau semua itu hanyalah fatamorgana
Yang datang dengan sejuta asa
Yang indah tuk di pandang
Dan sejuk tuk dirasakan
Ilusi itu membawaku tidak sadar
Hidup dengan arah yang tidak pasti
Namun terngiang indah
Dan aku merasakan kau ada disana.
Yogyakarta, 24 Januari 2010
Syukron Ma’mun
Diposting oleh yongzu di 15.45 0 komentar
Sabtu, 16 Januari 2010
PERJALANAN HIDUP
PERJALANAN HIDUP
Hidup adalah sebuah perjalanan
Dari kecil, remaja, dewasa hingga tua
Dari kampung halaman, kota, dan kemudian alam barzakh
Mulai, sendiri, berkeluarga dan kemudian sendiri lagi
Sedih, senang, suka, duka, pahit manis pasti dirasakan
Siapapun mereka, apapun statusnya dan apapun jabatannya
Dari proses, berjuang dan sukses
Dari belajar dan kemudian mengajar
Hidup ini terus berputar, penuh dengan episode
Episode pendidikan, bekerja, berorganisasi, bermasyarakat dan beragama
Jadilah pemeran utama dalam setiap episode itu
Niscaya kamu akan menjadi serih...
Yogyakarta, 11 Januari 2010
Syukron Ma’mun
Label: Menjelang musim dingin
Diposting oleh yongzu di 07.14 0 komentar
Jumat, 09 Oktober 2009
PERKEMBANGAN DESA DI INDRAMAYU
KAPANKAH DESA-DESA DI INDRAMAYU AKAN MAJU
Sudah ratusan tahun kabupaten Indramayu lahir dibangun oleh Arya Wiralodra, perkembangan dan pembangunan infrastruktur dimulai juga saat itu. Jalan-jalan, rumah sakit,barak-barak, pendopo, masjid agung dan fasilitas pemertintahan yang lainnya. Semua itu difokuskan ditengah kota.
Lambat laun pemerintahan itu silih berganti kepemimpinan yang tentunya mempunyai sifat dan karakter yang berbeda-beda tergantung siapa yang memimpin. Diantaranya ada dari kalangan intelektual,pengusaha, jurnalis,politisi dan yang lainnya. Namun entah kenapa negeri Indramayu ini belum juga dianggap sebagai daerah atau kabupaten maju. Bahkan image dominant yang tersebar adalah yang negatifnya.
Seperti apa yang saya ungkapkan diatas selama ini pembangunan lebih banyak difokuskan dikota. Perlu digaris bawahi arti pembangunan tersebut. Pembangunan disini mencakup dua aspek yaitu infrastruktur dan suprastruktur.
Berbicara masalah sinfrastruktur dan suprastruktur, nampaknya selama ini pembagunan Di Indramayu diprioritaskan pada infrastruktur dan itupun difokuskan dikota, sementara di Desa yang merupakan antonym dari kata kota dinomor duakan.
Menurut saya, pembangunan itu harus merata, bahkan memprioritaskan yang bersifat suprastruktur, mengapa?karena hal ini berkaitan dengan pelaksana pembagunan juga, dari sisi pendidikannya,moralnya,indisipliner dan yang lainnya. Sebab jika pembangunan itu diutamakan pada yang bersifat fisik (infrastruktur) tanpa mengimbangi SDM-nya (suprastruktur), maka bangunan itu akan rapuh, masalahnya pembangunan suatu daerah adalah mencakup pembagunan social.
Dikatakan wajar desa-desa di Indramayu selama ini pembangunanya lambat bahkan sedikit sekali yang dirasakan masyarakat terkecuali pembangunan jalan itupun 10 tahun sekali. Mungkin juga terjadi dikabupaten-kabupaten yang lain. Karena kebanyakan kepala desa (kuwu) dari mereka lulusan SMP atau SMA itupun ijazahnya ada yang dapat beli. Sehingga kapasitas kepemimpinanya masih dibawah standar dalam pembentukan program-program bagi masyarakat yang bersifat suprastruktur. Yang ada dalam pikiran mereka adalah pembangunan dan program kasat mata (fisik) dan biar dikatakan hebat.
Idealnya seorang kepala desa bisa dijadikan suri tauladan bagi masyarakatnya..
Diposting oleh yongzu di 05.43 0 komentar
AHLAK PEJABAT VS MAHASISWA
MORAL PEJABAT VS MAHASISWA
Indramayu, 21 Mei 2009
SYUKRON MA’MUN, S.Sos.
Semua tidak menyangka, kalau sebenarnya awal mula rusaknya moral pejabat itu berawal sejak mahasiswanya. Mereka sebagaimana diberitakan ditelevisi banyak melakukan korupsi sehingga berurusan dengan KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi), perselingkuhan, dan penyalahgunaan jabatan sudah dipelajarinya sejak duduk dibangku kuliah. Saya merupakan pengamat organisasi-organisasi di Universitas baik yang intra maupun yang ektra dan organisasi daerah.
Bahkan tidak jarang pejabat yang sekarang dibelenggu kasus korupsi, dulunya adalah mantan aktivis mahasiswa yang selalu meneriakan kebenaran dan keadilan versi mereka. Mereka turun kejalan sambil berdemo, bak pahlawan revolusi sehingga tidak jarang pengguna jalan yang terganggu. Tatapi sungguh sayang ilmu yang didapat waktu kuliah (waktu menjadi aktivis) tidak dipraktekan ketika menjadi pejabat.
Tidak hanya itu, mahasiswa abad millennium ini sudah berubah haluan menjadi pemikir yang hedonis. Kehidupan sehari-harinyapun tidak jauh dari itu, hasilnyapun pejabat atau kaum hedonisme.
Kalau say autarakan kehidupan mahasiswa sekarang sudah bebeda jauh dengan kehidupan mahasiswa tahun-tahun kebelakang, dari cara belajarnya,bersosial,etika dan beragama.
Dari sisi pendidikan atau belajar, mereka mengalokaikan waktu lebih sedikit daripada jam mainnya. Bahkan saya sering melihat mahsiswa yang tidak punya jam belajar, yang mereka lakukan memperbanyak jam main, shoping, berguaru dan hal-hal tidak ada kaitannya dengan dunia kampus.
Dari sisi social mereka cenderung individualistis, kecuali mereka yang hidupnya menumpang atau menggantungkan diri pad aorganisasi, cenderung kompak dan penuh kebersamaan,mereka tinggal di mess-mess dan secretariat organisasi. Selain itu mereka juga enggan bergaul dengan masyarakat pribumi kecuali hanya beberapa.
Dari sisi moral, sudah tidak aneh lagi mahasiswa dan mahasiswi bergandengan tangan didalam kampus. Mereka berlalu lalang sampai keluar kampus menuju kost-kostannya. Disanalah hal yang membedakan antara pacaran tempo dulu dengan masa sekarang. Mereka tidak mengenal batas etika. Dan akhirnya terjadilah hal-hal yang tidak di inginkan seperti sex bebas dan hal yang lainnya naudzubillah…
Bahkan tidak sedikit kostan- kostan yang mencampur laki-laki dan perempuan, dengan pertimbangan mereka sudah pada ngerti dan dewasa menurut pemilik kostan. Walau demikian masih banyak dari mereka yang mempunyai etika baik dalam pergaulan, tetapi yang demikian sering dikucilkan dan dianggap tidak gaul.
Dari sisi agama, sudah jauh melenceng dari aturan-aturannya. Dari ribuan mahasiswa bahkan jutaan hanya berapa % yang masih menjunjung tinggi aturan agama bahkan dari universitas berlebel islam-pun sudah terjebak dalam system modern ini. Padahal mereka tahu apa yang telah dilakukannya itu salah. Mereka berjilbab ketika pergi kekampus saja dan dibukanya seusai dari kampus. Apalagi mereka yang dari universitas-universitas umum dan dikota besar. Saya sungguh sedih melihatnya atas perubahan drastic semacam ini. Mereka yang masa SMA-nya terbilang orang pendiam suka belajar agama dan tidak jarang dari kalangan santri, kini ikut berubah karena pergaulan dan kejamnya era globalisasi. Oleh karena itu saya berpesan kepada orang tua dan para pendidik bangsa, ajarilah anak-anak generasi bangsa tentang agama sejak kecil dan pupuklah imannya kuat-kuat. Karena inilah satu-satunya solusi untuk menghadapi zaman yang tidak menentu ini.
Selanjutnya apakah dari mahasiswa seperti inikah posisi jabatan itu di duduki?? Ya! Mungkin jawaban itu 70% benar. Karena jawaban sekarang bisa di beli dengan duit. Penawaran seperti ini saya alami ketika mau ikut pendaftaran CPNS. Ada seorang makelar yang menawari jabatan dating kerumah saya, dia menawarkan jabatan itu dengan harga 35 juta. Lalu apa dengan cara seperti itu juga akan mendapatkan pejabat-pejabat yang professional.
Jawabannya tentu tidak!Allah maha tahu apa yang dilakukan hambanya. Selanjutnya apakah hasilnya akan baik, jika SDM-SDM yang menjalankan roda pemerintahan dadapatkan dari proses-proses diatas. Jawabannya pun tentu tidak! Karena pepatah mengatakan “buah jatuh tidak mungkin jauh dari pohonnya” sebut saja salah satu contohnya seorang guru, jikalau ketika mahasiswanya dia seperti proses tersebut diatas, lalu seperti apa murid yang di didiknya.
Mari kita analisa bersama, apa sebenarnya yang menjadi penyebab semua ini. Asumsi saya hal ini tidak lepas dari pengaruh globalisasi. Karena tujuan globalisasi adalah trend menuju homogenitas cultural atau dengan kata lain pengaruh internasional terhadap kultur tertentu. Jalasnya kultur barat. Karena iklim dunia saat ini dikemudi oleh kultur barat dimana system globalisasi merupakan programnya sebagai imprealisme cultural. Meskipun mereka tidak menggunakan istilah itu.
Lihat saja seperti peran media sekarang yang lebih cenderung kepada program gaya hidup hedonis, wanita kariri dan yang lainnya. Semoga dengan tulisan ini masyarakat sadar kalau Negara kita sedang dijajah oleh globalisasi budaya yang bernuansakan liberal yang tentunya menembus batas-batas religi
Diposting oleh yongzu di 05.42 0 komentar