Jumat, 09 Oktober 2009

AHLAK PEJABAT VS MAHASISWA

MORAL PEJABAT VS MAHASISWA
Indramayu, 21 Mei 2009
SYUKRON MA’MUN, S.Sos.


Semua tidak menyangka, kalau sebenarnya awal mula rusaknya moral pejabat itu berawal sejak mahasiswanya. Mereka sebagaimana diberitakan ditelevisi banyak melakukan korupsi sehingga berurusan dengan KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi), perselingkuhan, dan penyalahgunaan jabatan sudah dipelajarinya sejak duduk dibangku kuliah. Saya merupakan pengamat organisasi-organisasi di Universitas baik yang intra maupun yang ektra dan organisasi daerah.
Bahkan tidak jarang pejabat yang sekarang dibelenggu kasus korupsi, dulunya adalah mantan aktivis mahasiswa yang selalu meneriakan kebenaran dan keadilan versi mereka. Mereka turun kejalan sambil berdemo, bak pahlawan revolusi sehingga tidak jarang pengguna jalan yang terganggu. Tatapi sungguh sayang ilmu yang didapat waktu kuliah (waktu menjadi aktivis) tidak dipraktekan ketika menjadi pejabat.
Tidak hanya itu, mahasiswa abad millennium ini sudah berubah haluan menjadi pemikir yang hedonis. Kehidupan sehari-harinyapun tidak jauh dari itu, hasilnyapun pejabat atau kaum hedonisme.
Kalau say autarakan kehidupan mahasiswa sekarang sudah bebeda jauh dengan kehidupan mahasiswa tahun-tahun kebelakang, dari cara belajarnya,bersosial,etika dan beragama.
Dari sisi pendidikan atau belajar, mereka mengalokaikan waktu lebih sedikit daripada jam mainnya. Bahkan saya sering melihat mahsiswa yang tidak punya jam belajar, yang mereka lakukan memperbanyak jam main, shoping, berguaru dan hal-hal tidak ada kaitannya dengan dunia kampus.
Dari sisi social mereka cenderung individualistis, kecuali mereka yang hidupnya menumpang atau menggantungkan diri pad aorganisasi, cenderung kompak dan penuh kebersamaan,mereka tinggal di mess-mess dan secretariat organisasi. Selain itu mereka juga enggan bergaul dengan masyarakat pribumi kecuali hanya beberapa.
Dari sisi moral, sudah tidak aneh lagi mahasiswa dan mahasiswi bergandengan tangan didalam kampus. Mereka berlalu lalang sampai keluar kampus menuju kost-kostannya. Disanalah hal yang membedakan antara pacaran tempo dulu dengan masa sekarang. Mereka tidak mengenal batas etika. Dan akhirnya terjadilah hal-hal yang tidak di inginkan seperti sex bebas dan hal yang lainnya naudzubillah…
Bahkan tidak sedikit kostan- kostan yang mencampur laki-laki dan perempuan, dengan pertimbangan mereka sudah pada ngerti dan dewasa menurut pemilik kostan. Walau demikian masih banyak dari mereka yang mempunyai etika baik dalam pergaulan, tetapi yang demikian sering dikucilkan dan dianggap tidak gaul.
Dari sisi agama, sudah jauh melenceng dari aturan-aturannya. Dari ribuan mahasiswa bahkan jutaan hanya berapa % yang masih menjunjung tinggi aturan agama bahkan dari universitas berlebel islam-pun sudah terjebak dalam system modern ini. Padahal mereka tahu apa yang telah dilakukannya itu salah. Mereka berjilbab ketika pergi kekampus saja dan dibukanya seusai dari kampus. Apalagi mereka yang dari universitas-universitas umum dan dikota besar. Saya sungguh sedih melihatnya atas perubahan drastic semacam ini. Mereka yang masa SMA-nya terbilang orang pendiam suka belajar agama dan tidak jarang dari kalangan santri, kini ikut berubah karena pergaulan dan kejamnya era globalisasi. Oleh karena itu saya berpesan kepada orang tua dan para pendidik bangsa, ajarilah anak-anak generasi bangsa tentang agama sejak kecil dan pupuklah imannya kuat-kuat. Karena inilah satu-satunya solusi untuk menghadapi zaman yang tidak menentu ini.
Selanjutnya apakah dari mahasiswa seperti inikah posisi jabatan itu di duduki?? Ya! Mungkin jawaban itu 70% benar. Karena jawaban sekarang bisa di beli dengan duit. Penawaran seperti ini saya alami ketika mau ikut pendaftaran CPNS. Ada seorang makelar yang menawari jabatan dating kerumah saya, dia menawarkan jabatan itu dengan harga 35 juta. Lalu apa dengan cara seperti itu juga akan mendapatkan pejabat-pejabat yang professional.
Jawabannya tentu tidak!Allah maha tahu apa yang dilakukan hambanya. Selanjutnya apakah hasilnya akan baik, jika SDM-SDM yang menjalankan roda pemerintahan dadapatkan dari proses-proses diatas. Jawabannya pun tentu tidak! Karena pepatah mengatakan “buah jatuh tidak mungkin jauh dari pohonnya” sebut saja salah satu contohnya seorang guru, jikalau ketika mahasiswanya dia seperti proses tersebut diatas, lalu seperti apa murid yang di didiknya.
Mari kita analisa bersama, apa sebenarnya yang menjadi penyebab semua ini. Asumsi saya hal ini tidak lepas dari pengaruh globalisasi. Karena tujuan globalisasi adalah trend menuju homogenitas cultural atau dengan kata lain pengaruh internasional terhadap kultur tertentu. Jalasnya kultur barat. Karena iklim dunia saat ini dikemudi oleh kultur barat dimana system globalisasi merupakan programnya sebagai imprealisme cultural. Meskipun mereka tidak menggunakan istilah itu.
Lihat saja seperti peran media sekarang yang lebih cenderung kepada program gaya hidup hedonis, wanita kariri dan yang lainnya. Semoga dengan tulisan ini masyarakat sadar kalau Negara kita sedang dijajah oleh globalisasi budaya yang bernuansakan liberal yang tentunya menembus batas-batas religi

0 komentar: